Rabu, 13 Agustus 2008

Prospek Apartemen Strata Title Menguntungkan

“Prospek Return Properti Strata Title Capai 30%”

(Bisnis Indonesia, Selasa 20 Februari 2007) JAKARTA: Investasi property Jakarta di produk strata title diperkirakan masih mampu menawarkan tingkat pengembalian investasi (IRR) antara 25%-30% atau masih lebih tinggi dibandingkan di pasar kawasan Asean lainnya berkisar 15%.

Hanya saja tidak semua jenis properti bsis memberikan interest rate of return (IRR) sebesar itu sehingga perlu selektif dalam membelinya. Bagus Adikusumo, Direktur Colliers International Indonesia, perusahaan solusi properti mengatakan prospek IRR berasal dari gabungan yield dengan capital gain dari produk jual putus (strata title) yang mulai banyak digarap pengembang. Hal itu berkembang di tengah kekhawatiran muncul kelebihan pasokan sejumlah jenis properti di Jakarta seperti mal dan perkantoran. Ruang perkantoran mulai akhir 2007 hingga 2008 diperkirakan oversupply karena besarnya volume pasokan baru. Tapi ini bisa menarik dengan tren strata title yang bisa menciptakan terobosan prospek bisnis. Ruang perkantoran tingkat hunian cenderung turun dari pencapaian saat ini yang mencapai 91%. Penurunan tidak terlalu besar sehingga tetap sehat dengan perkiraan turun pada kisaran 80%. Sementara itu untuk properti lainnya ada yang tren naik seperti hunian dan realestat. Dia mengaku kalau dibanding dengan perkembangan tiga tahun belakangan memang agak menurun. Hal itu bias digambarkan dengan kemungkinan makin panjangnya masa balik modal suatu proyek properti.

Pengembang murni
Dia memperkirakan pengembang yang berorientasi jangka panjang atau pengembang murni akan tetap focus menggarap proyek baru, walaupun ada penilaian pasar lagi turun. Hal itu disebebkan kerangka bisnis tidak bergantung pada kondisi temporer dan jangka pendek. Yang menurun itu kan prospek jangka pendek, untuk jangka panjang kan tidak. Yang bakal tersingkir dalam beberapa tahun ke depan yaitu pengembang dadakan yang asalnya bukan pengembang. Pengembang yang tadi punya core bisnis selain properti, lalu masuk properti karena kepincut dengan prospek jangka pendek. Contoh sejumlah nama pengembang yang akan tetap bertahan dalam proyeknya a.l. Trihatma K. Haliman (Agung Podomoro Group), Jakarta Setiabudi Internasional, Lippo Karawaci, Summarecon Agung dan Lippo Group. Menurutnya, perkembangan investasi property saat ini mengalami sejumlah perubahan disbanding semasa sebelum krisis. Hal itu sangat terasa dalam perhitungan antara pergerakan nilai property dan harga lahan. Kalau dulu property value bergerak lebih cepat dibandingkan tanah, kini sebaliknya tanah bergerak lebih cepat. Hal ini berdampak terhadap pergeseran pola biaya investasi properti di mana tanah makin besar porsi dalam total biaya proyek properti.
Hanya, dalam suatu proyek properti bisa dikatakan sehat kalau porsi biaya untuk lahan tidak lebih dari 20%. Ya, biaya tanah jangan sampai lebih dari 20%. Kalau mau bangun proyek, maka proyeknya harus dengan komposisi akhir tanah di kisaran itu.

Tidak ada komentar: